#1

Masih dengan rasa yang sama aku mengawali pagi ini dengan memberikan senyum terbaikku, entah sudah berapa detik, menit, jam hari bahkan bulan aku memendam rasa ini, rasa nya aku semakin yakin bahwa ini bukan rasa biasa, bukan seperti sebelumnya.
Yang aku tau sampai saat ini aku selalu menyebut namamu dalam Do’a

*Berawal dari hobbyku yang mayoritas di gemari kaum adam itu (****) , aku mengenalnya.
Entah sudah berapa bulan aku mengikuti latihan rutin di Sekolah nya tetapi aku baru mengenal nya setelah aku berada dalam satu kelompok kenaikan tingkat hari itu, hari dimana aku dan teman2ku harus menyiapakan fisik dan mental untuk menghadapi test yang  benar-benar membuat kami kehilangan keseimbangan hati jiwa dan tenaga.

Entah aku yang tidak peduli pada keadaan di sekitarku atau dia yang kehadiran nya sulit untuk aku ketahui, yang aku tahu dia sudah mendapatkan materi yang  juga aku dapatkan, itu berarti kita sering bertemu dalam satu waktu satu ruang dan satu kesempatan.
Aneh nya kita belum saling mengenal dan berbicara sebelum nya.

Entahlah, aku menyesali sifat buruk ku yang terkadang acuh pada anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada kita “CINTA”. Pada kaum adam masa kini yang hanya memikirkan fashion dan material. Yang tidak peduli pada budaya nya, bahkan pada Sang Maha Pencipta sekalipun. Astagfirullah-_-
Tetapi kamu, kamu terlalu mementingkan kebudayaan kita, kamu terlalu antusias pada Keindahan Budaya ini

Dan untuk kali ini aku menyesali ke-acuhanku---“
Aku menyesal terlalu sibuk dengan duniaku sendiri, dunia nylenehku. Dunia khayalku, dunia tulisku, dunia tawaku..
Aku yang hobby banget tertawa melebihi batas normal. Sangat bertolak belakang dengan sosok nya, tertawa pun masih tetap membuatnya terlihat bijaksana.
Stay calm nya itu hlo, SubhanaAllah

Dan sejak melihat nya, aku merasa.. aku harus melihat bagaimana dengan diriku saat ini?
Dia yang membuatku untuk menjadi wanita sejati, membuatku untuk lebih mengetahui kodratku.
Ada apa dengan diriku, ada apa dengan caraku melangkah setiap pagi nya? Ada seulas senyum ketika aku bertemu siapapun setelah nya, setelah bertemu dengan nya.
Ada sesuatu yang berbeda dihatiku..
Ini sulit untuk di gambarkan, sungguh!

Setelah itu, aku selalu menunggu hari dimana waktu selalu membawaku pada semangat baruku.
Aku jadi teringat ketika awal mula aku berdialog singkat denganya, dia yang selalu membuatku tertawa bijak, dia yang selalu membuatku marah bahagia.
Sekolah kita yang berbeda membuatku selalu berselisih dengan nya, dia yang selalu mencari letak kekurangan sekolahku dan aku yang selalu mengelak ketika teman-teman nya selalu membantu nya mengejek ku.

Aku mulai kepyoh ketika setiap malam nama dan wajah nya selalu mampir di ingatanku. Ini berlangsung setiap malam, ketika aku membuka lembaran baru di Microsoft Wordku.
Lagi-lagi ada sepenggal kata dari hasil  jentikan jari-jari indahku ini  *Ehem*
Dari huruf yang terletak di sebelah kiri J hingga huruf setelah M.
Kata itu membentuk kalimat, yang membuatku semakin sulit untuk memejamkan mata.

Selanjutnya aku justru sering menceritakan sosok nya pada teman-temanku. *Loh

Dan pagi itu membuatku kembali memikirkan sosok nya.

#07.15 a.m
“Selamat pagi anak-anak, hari ini kalian langsung buka Bab selanjutnya saja! Bapak ada acara ke Dinas Pendidikan”
“Halaman 18 ini Pak?”
“Iya Tiwi, itu yang Bernegoisasi Dengan Bahasa Yang Sopan”

Aku yang dari tadi sibuk mencari charger laptopku langsung ikut angkat bicara ketika Pak Ramdan Guru Bahasa Indonesiaku membacakan materi tersebut.

“Sholihin Pak?
“Sopan Arinda, memang nya Sholihin itu siapa? Pacarmu? ”
“Emm, bukan Pak, emmm.. itu Pak Teman saya sewaktu SD. Iya Pak teman saya ”
“Sholihin!!!” Ayu, Yulinda, dan Tiwi langsung memperjelas ucapanku tadi
Seluruh kelas langsung melihat ke arahku, sebagian dari mereka menahan tawa sampai muka mereka terlihat seperti kepiting rebus. Arggggh mereka memang begitu.
Sebenarnya bukan salah mereka sih, aku saja yang terlalu lelah merindukan nya sampai-sampai nama nya menjadi bahan lelucon seluruh makhluk di kelasku.
Ya seperti sekarang ini..

Setelah Pak Ramdan meninggalkan ruangan, Ayu langsung berbalik badan dan memberiku serentet pertanyaan.

 “Gimana sama Sholihinmu itu Rin? Facebook nya apa, Twitter nya?”
“Ndak taulah, dia ndak punya Facebook, dia ndak kaya yang lain, dia itu misterius”
“Masa hari gini nggak punya Facebook atau Twitter ? Bohong banget..”
“Aku ndak bohong Wi, dia bilang nya begitu kok”
“Maksudku, dia yang bohongin kamu bukan kamu yang bohongin aku Rin. Hahaha”
‘Oh gitu hehe, tapi dia ndak punya tampang pembohong kok, tapi ya ndak taulah Wi”
“Ciye Arin ciye jangan-jangan kamu jatuh cinta sama dia Rin?”
“Jatuh cinta?” *Mendadak aku sulit untuk bernafas

Terakhir kali aku jatuh cinta setahun yang lalu, dan setelah itu aku tidak pernah mengenal istilah cinta lagi. Sebatas mengagumi mungkin pernah itupun hanya berjalan sehari, mengagumi penjual siomay yang penampilan nya seperti Justin Biber misalnya.

Hari berikutnya adalah hari dimana jadwalku latihan dan bertemu dengan pemilik senyum misterius itu, setelah aku tahu nama nya aku mulai mencari tahu identitas nya. Aku mengetahui nama nya ketika test kenaikan tingkat kala itu, masing-masing kelompok memang di wajibkan saling mengenal. 
“Arinda”
“Sholihin”
“Sholehin??”
“Sholihin”
“Orang nya pasti ndak sholeh hehe”
“ _____________” Dia hanya membalas dengan seulas senyum di bibirnya.

Sampai test selesai aku masih memikirkan nama nya, nama yang lucu.

Tanpa ku sadari sebenarnya aku  berada dalam satu mobil, hanya saja  dia berada di bagian belakang dan aku stay cool di depan.* Hoho
Dia masih sering mengejekku dan aku pun sebaliknya. Ketika suasana di dalam mobil kembali sunyi, aku sempatkan untuk melihatnya. Ternyata dia tidak tertidur seperti yang lain. Dia sibuk melihat situasi diluar. Hujan J
Dalam hati aku bertanya. Kamu suka hujan? Kenapa? Apa yang menarik dari hujan?

Dia berangkat!
Aku masih menyimpan namamu sampai detik ini, sampai aku kembali bertemu denganmu. Dengan senyummu

Latihan hari ini cukup membuatku sedikit kehilangan keseimbangan nafasku, gimana enggak? Kita. Aku dan temen2 termasuk dia harus lari muterin Ibukota Kabupaten demi mendapatakan pengakuan test minggu lalu. Dengan kata lain aku harus lari demi mendapatkan sabuk kenaikan tingkatku.
Dan hasil nya, kakiku melepuh. Kulitku apalagi. Eksotis !!

Hari sudah semakin sore, perut anak2 manusia disekitarku mulai bernyanyi bak burung kehilangan sayapnya. *lalaladubidamhuhuhu

Ketika semua orang sedang sibuk membicarakan materi hari ini, aku melihat nya sibuk menekan tombol-tombol cantik di handphone mini nya.
Mungkin dia sedang memberi kabar kekasih nya. Fikirku dalam hati. Aaaaaaaak~
Dengan langkah kaki yang  kurang maximal aku melewati nya.

“Handphone kamu kurang gede tuh...”
“Hahaha?! Itu hlo urusin sekolahmu kebanjiran, nggak kasian apa. Hahaha”
“Semangat banget deh  nyela nya.”
“Hahahaha”
“Mau kuliah apa kerja?”
“Kerja dulu, terus lanjut kuliah insyaAllah”
“Kenapa ndak daftar polisi saja? Yang sangar2 begitu kan biasanya keterima”
Dengan senyum khas nya, dia menjawab pertanyaanku dengan lembut.
“Ndak boleh sama masku, sama bapak ibuk juga”
“Oh gitu..”

~Sore yang indah, penuh warna. Beautiful day banget. Hwaaaa !

“Git, kenal Sholihin nggak?”
“Oh, Sholihin? Kenal, dia kan satu kelas sama Hendri Rin”
“Hendri satu kelas sama dia Git?
“Iya, lha wong dulu kemana-mana bareng kok. Sholihin yang kalem itu kan, eh kamu kok kenal?”
“Iya kalem banget, temen latihan Git”

Dia teman pacar sahabatku.
Kenapa dunia sesempit ini? Alhamdulilah, ternyata Tuhan mendengar do’aku. Aku punya sedikit ruang untuk mengetahui lebih lanjut siapa dirimu Tuan.
Minggu selanjutnya, aku tidak menemukan tawa renyah pemilik nama unik itu. Dua hari dalam satu minggu aku kehilangan konsentrasiku. Kamu penyebabnya!
Aku merindukanmu! Aku mencarimu di setiap sudut ruangan itu! Sampai aku lelah memutar bola mataku untuk mencari batang hidungmu  -__-
Konsentrasiku semakin hilang, sampai akhirnya...
“Kamu mikir apa Rin, kalo latihan itu yang fokus. Ndak usah mikir yang lain. Mikir apa tho kamu? Tugas?”
“Mmmmmm, iya mas. Maaf”

Adzan pertanda waktu sholat ashar membuatku sedikit lebih rileks, ketika lantunan adzan sedang berkumandang. Pelatih menyuruh aku dan teman2ku beristirahat sejenak. Aku terdiam.
Namamu kembali mampir di memory ku, sesaat ku pejamkan mataku. Dan aku memilih untuk sejenak melihat kegelapan.
Kegelapan tak membuatku lupa siapa yang telah membuatku kehilangan konsentrasiku hari ini.
“Kamu!”
SubhanaAllah, ini seperti...
Ini apaa? Bukan mimpi kan? Seketika aku membuka mataku aku melihat sosok yang senyum khas nya aku tunggu, sosok yang sorot mata nya aku rindukan.
Aku melihatnya duduk di sudut ruangan menunggu teman nya, yang menggunakan seragam putih.
Lalu..
Aku melihat nya berjalan melewatiku.
Sandal hitam dengan ukuran 2x lipat dari sandalku, kaos merah dengan jaket hitam dan celana cokelat. Simple it’s so beautiful !
Oke, 10 menit!
IYA!
Rinduku hanya berbalas 10 menit dengan potongan di tegur pelatih karena aku tidak menjaga konsentrasiku.

Aku pun selalu menceritakan sosok nya pada kedua sahabat cantikku *Hoaam.
Mereka yang setiap malam minggu nggak pernah absen ngapelin aku, semangat banget pas aku cerita. Tentang ada apa dengan diriku seminggu yang lalu :*
“Halah paling besok udah lupa”
Ditha yang hafal banget gimana aku, langsung berpendapat bahwa rasaku saat ini tidak akan bertahan lama.
“Enggak, kak. Yang ini beda. Yang ini bener-bener langka”
Heleh..”
 Ditha sama Githa emang udah aku anggep kaya kakak aku sendiri. Nggak tau deh mereka nganggep aku apa. Bisanya sih mereka ngejadiin aku bulan-bulanan. Mereka sering nge jodohin aku sama cowok. Yang :
1.      Kece tapi memble
2.      Metal tapi meny-menye
3.      Pinter tapi formal akut
4.      Dan masih banyak lagi kategori langka yang mereka punya

Tetapi  ada sosok langka yang membuatku merasakan uforia nya berada di dunia uniqueness seperti saat ini, dia bukan lelaki yang setiap permasalahan nya akan dia tulis pada si 140 karakter, bukan juga pada si biru yang menjadi teman curhat muda-mudi masa kini bahkan kaum lansia pun sudah tidak asing lagi dengan jejaring sosial yang menggunakan warna biru sebagai ciri khas nya -> Facebook!

Dia adalah sosok istimewa yang short message nya selalu ku tunggu”,  dia adalah sosok Guru di hatiku saat ini. Dia yang mengajariku untuk selalu mencintai Budaya Jawa, dia juga  yang mengajariku arti rindu berkepanjangan.
Seperti musim kemarau setelah penghujan. Rinduku selalu memiliki tingkat suhu  panas yang sulit untuk di prediksi.

Dan akhirnya aku mencoba memulai, yeah aku yang memulai semua ini.
Dan memang hanya denganmu aku memulai caraku mempertahankan rasaku.
#Bersambung...












Komentar