Masih
dengan rasa yang sama aku mengawali pagi ini dengan memberikan senyum terbaikku,
entah sudah berapa detik, menit, jam hari bahkan bulan aku memendam rasa ini,
rasa nya aku semakin yakin bahwa ini bukan rasa biasa, bukan seperti
sebelumnya.
Yang
aku tau sampai saat ini aku selalu menyebut namamu dalam Do’a
*Berawal
dari hobbyku yang mayoritas di gemari kaum adam itu (****) , aku mengenalnya.
Entah
sudah berapa bulan aku mengikuti latihan rutin di Sekolah nya tetapi aku baru
mengenal nya setelah aku berada dalam satu kelompok kenaikan tingkat hari itu,
hari dimana aku dan teman2ku harus menyiapakan fisik dan mental untuk
menghadapi test yang benar-benar membuat
kami kehilangan keseimbangan hati jiwa dan tenaga.
Entah
aku yang tidak peduli pada keadaan di sekitarku atau dia yang kehadiran nya
sulit untuk aku ketahui, yang aku tahu dia sudah mendapatkan materi yang juga aku dapatkan, itu berarti kita sering
bertemu dalam satu waktu satu ruang dan satu kesempatan.
Aneh
nya kita belum saling mengenal dan berbicara sebelum nya.
Entahlah,
aku menyesali sifat buruk ku yang terkadang acuh pada anugerah terindah yang
diberikan Tuhan kepada kita “CINTA”. Pada kaum
adam masa kini yang hanya memikirkan fashion dan material. Yang tidak peduli
pada budaya nya, bahkan pada Sang Maha Pencipta sekalipun. Astagfirullah-_-
Tetapi
kamu, kamu terlalu mementingkan kebudayaan kita, kamu terlalu antusias pada
Keindahan Budaya ini
Dan
untuk kali ini aku menyesali ke-acuhanku---“
Aku
menyesal terlalu sibuk dengan duniaku sendiri, dunia nylenehku. Dunia khayalku, dunia tulisku, dunia tawaku..
Aku
yang hobby banget tertawa melebihi batas normal. Sangat bertolak belakang
dengan sosok nya, tertawa pun masih tetap membuatnya terlihat bijaksana.
Stay calm
nya itu hlo, SubhanaAllah
Dan
sejak melihat nya, aku merasa.. aku harus melihat bagaimana dengan diriku saat
ini?
Dia
yang membuatku untuk menjadi wanita sejati, membuatku untuk lebih mengetahui
kodratku.
Ada
apa dengan diriku, ada apa dengan caraku melangkah setiap pagi nya? Ada seulas
senyum ketika aku bertemu siapapun setelah nya, setelah bertemu dengan nya.
Ada
sesuatu yang berbeda dihatiku..
Ini
sulit untuk di gambarkan, sungguh!
Setelah
itu, aku selalu menunggu hari dimana waktu selalu membawaku pada semangat
baruku.
Aku
jadi teringat ketika awal mula aku berdialog singkat denganya, dia yang selalu
membuatku tertawa bijak, dia yang selalu membuatku marah bahagia.
Sekolah
kita yang berbeda membuatku selalu berselisih dengan nya, dia yang selalu
mencari letak kekurangan sekolahku dan aku yang selalu mengelak ketika teman-teman
nya selalu membantu nya mengejek ku.
Aku
mulai kepyoh ketika setiap malam nama
dan wajah nya selalu mampir di ingatanku. Ini berlangsung setiap malam, ketika
aku membuka lembaran baru di Microsoft
Wordku.
Lagi-lagi
ada sepenggal kata dari hasil jentikan
jari-jari indahku ini *Ehem*
Dari
huruf yang terletak di sebelah kiri J hingga huruf setelah M.
Kata
itu membentuk kalimat, yang membuatku semakin sulit untuk memejamkan mata.
Selanjutnya
aku justru sering menceritakan sosok nya pada teman-temanku. *Loh
Dan
pagi itu membuatku kembali memikirkan sosok nya.
#07.15
a.m
“Selamat
pagi anak-anak, hari ini kalian langsung buka Bab selanjutnya saja! Bapak ada
acara ke Dinas Pendidikan”
“Halaman
18 ini Pak?”
“Iya
Tiwi, itu yang Bernegoisasi Dengan Bahasa Yang Sopan”
Aku
yang dari tadi sibuk mencari charger laptopku langsung ikut angkat bicara
ketika Pak Ramdan Guru Bahasa Indonesiaku membacakan materi tersebut.
“Sholihin
Pak?
“Sopan
Arinda, memang nya Sholihin itu siapa? Pacarmu? ”
“Emm,
bukan Pak, emmm.. itu Pak Teman saya sewaktu SD. Iya Pak teman saya ”
“Sholihin!!!”
Ayu, Yulinda, dan Tiwi langsung memperjelas ucapanku tadi
Seluruh
kelas langsung melihat ke arahku, sebagian dari mereka menahan tawa sampai muka
mereka terlihat seperti kepiting rebus. Arggggh mereka memang begitu.
Sebenarnya
bukan salah mereka sih, aku saja yang terlalu lelah merindukan nya
sampai-sampai nama nya menjadi bahan lelucon seluruh makhluk di kelasku.
Ya
seperti sekarang ini..
Setelah
Pak Ramdan meninggalkan ruangan, Ayu langsung berbalik badan dan memberiku
serentet pertanyaan.
“Gimana sama Sholihinmu itu Rin? Facebook nya
apa, Twitter nya?”
“Ndak
taulah, dia ndak punya Facebook, dia ndak kaya yang lain, dia itu misterius”
“Masa
hari gini nggak punya Facebook atau Twitter ? Bohong banget..”
“Aku
ndak bohong Wi, dia bilang nya begitu kok”
“Maksudku,
dia yang bohongin kamu bukan kamu yang bohongin aku Rin. Hahaha”
‘Oh
gitu hehe, tapi dia ndak punya tampang pembohong kok, tapi ya ndak taulah Wi”
“Ciye
Arin ciye jangan-jangan kamu jatuh cinta sama dia Rin?”
“Jatuh
cinta?” *Mendadak aku sulit untuk bernafas
Terakhir
kali aku jatuh cinta setahun yang lalu, dan setelah itu aku tidak pernah
mengenal istilah cinta lagi. Sebatas mengagumi mungkin pernah itupun hanya
berjalan sehari, mengagumi penjual siomay yang penampilan nya seperti Justin Biber misalnya.
Hari
berikutnya adalah hari dimana jadwalku latihan dan bertemu dengan pemilik
senyum misterius itu, setelah aku tahu nama nya aku mulai mencari tahu identitas
nya. Aku mengetahui nama nya ketika test kenaikan tingkat kala itu,
masing-masing kelompok memang di wajibkan saling mengenal.
“Arinda”
“Sholihin”
“Sholehin??”
“Sholihin”
“Orang
nya pasti ndak sholeh hehe”
“
_____________” Dia hanya membalas dengan seulas senyum di bibirnya.
Sampai
test selesai aku masih memikirkan nama nya, nama yang lucu.
Tanpa
ku sadari sebenarnya aku berada dalam
satu mobil, hanya saja dia berada di bagian
belakang dan aku stay cool di depan.*
Hoho
Dia
masih sering mengejekku dan aku pun sebaliknya. Ketika suasana di dalam mobil
kembali sunyi, aku sempatkan untuk melihatnya. Ternyata dia tidak tertidur
seperti yang lain. Dia sibuk melihat situasi diluar. Hujan J
Dalam
hati aku bertanya. Kamu suka hujan? Kenapa? Apa yang menarik dari hujan?
Dia
berangkat!
Aku
masih menyimpan namamu sampai detik ini, sampai aku kembali bertemu denganmu.
Dengan senyummu
Latihan
hari ini cukup membuatku sedikit kehilangan keseimbangan nafasku, gimana
enggak? Kita. Aku dan temen2 termasuk dia harus lari muterin Ibukota Kabupaten
demi mendapatakan pengakuan test minggu lalu. Dengan kata lain aku harus lari
demi mendapatkan sabuk kenaikan tingkatku.
Dan
hasil nya, kakiku melepuh. Kulitku apalagi. Eksotis !!
Hari
sudah semakin sore, perut anak2 manusia disekitarku mulai bernyanyi bak burung
kehilangan sayapnya. *lalaladubidamhuhuhu
Ketika
semua orang sedang sibuk membicarakan materi hari ini, aku melihat nya sibuk
menekan tombol-tombol cantik di handphone mini nya.
Mungkin
dia sedang memberi kabar kekasih nya. Fikirku dalam hati. Aaaaaaaak~
Dengan
langkah kaki yang kurang maximal aku
melewati nya.
“Handphone
kamu kurang gede tuh...”
“Hahaha?!
Itu hlo urusin sekolahmu kebanjiran, nggak kasian apa. Hahaha”
“Semangat
banget deh nyela nya.”
“Hahahaha”
“Mau
kuliah apa kerja?”
“Kerja
dulu, terus lanjut kuliah insyaAllah”
“Kenapa
ndak daftar polisi saja? Yang sangar2 begitu kan biasanya keterima”
Dengan
senyum khas nya, dia menjawab pertanyaanku dengan lembut.
“Ndak
boleh sama masku, sama bapak ibuk juga”
“Oh
gitu..”
~Sore
yang indah, penuh warna. Beautiful day banget. Hwaaaa !
“Git,
kenal Sholihin nggak?”
“Oh,
Sholihin? Kenal, dia kan satu kelas sama Hendri Rin”
“Hendri
satu kelas sama dia Git?
“Iya,
lha wong dulu kemana-mana bareng kok.
Sholihin yang kalem itu kan, eh kamu kok kenal?”
“Iya
kalem banget, temen latihan Git”
Dia
teman pacar sahabatku.
Kenapa
dunia sesempit ini? Alhamdulilah, ternyata Tuhan mendengar do’aku. Aku punya
sedikit ruang untuk mengetahui lebih lanjut siapa dirimu Tuan.
Minggu
selanjutnya, aku tidak menemukan tawa renyah pemilik nama unik itu. Dua hari
dalam satu minggu aku kehilangan konsentrasiku. Kamu penyebabnya!
Aku
merindukanmu! Aku mencarimu di setiap sudut ruangan itu! Sampai aku lelah
memutar bola mataku untuk mencari batang hidungmu -__-
Konsentrasiku
semakin hilang, sampai akhirnya...
“Kamu
mikir apa Rin, kalo latihan itu yang fokus. Ndak usah mikir yang lain. Mikir
apa tho kamu? Tugas?”
“Mmmmmm,
iya mas. Maaf”
Adzan
pertanda waktu sholat ashar membuatku sedikit lebih rileks, ketika lantunan
adzan sedang berkumandang. Pelatih menyuruh aku dan teman2ku beristirahat
sejenak. Aku terdiam.
Namamu
kembali mampir di memory ku, sesaat ku pejamkan mataku. Dan aku memilih untuk
sejenak melihat kegelapan.
Kegelapan
tak membuatku lupa siapa yang telah membuatku kehilangan konsentrasiku hari ini.
“Kamu!”
SubhanaAllah,
ini seperti...
Ini
apaa? Bukan mimpi kan? Seketika aku membuka mataku aku melihat sosok yang
senyum khas nya aku tunggu, sosok yang sorot mata nya aku rindukan.
Aku
melihatnya duduk di sudut ruangan menunggu teman nya, yang menggunakan seragam
putih.
Lalu..
Aku
melihat nya berjalan melewatiku.
Sandal
hitam dengan ukuran 2x lipat dari sandalku, kaos merah dengan jaket hitam dan
celana cokelat. Simple it’s so beautiful !
Oke,
10 menit!
IYA!
Rinduku
hanya berbalas 10 menit dengan potongan di tegur pelatih karena aku tidak
menjaga konsentrasiku.
Aku
pun selalu menceritakan sosok nya pada kedua sahabat cantikku *Hoaam.
Mereka
yang setiap malam minggu nggak pernah absen ngapelin
aku, semangat banget pas aku cerita. Tentang ada apa dengan diriku seminggu
yang lalu :*
“Halah
paling besok udah lupa”
Ditha
yang hafal banget gimana aku, langsung berpendapat bahwa rasaku saat ini tidak
akan bertahan lama.
“Enggak,
kak. Yang ini beda. Yang ini bener-bener langka”
“Heleh..”
Ditha sama Githa emang udah aku anggep kaya
kakak aku sendiri. Nggak tau deh mereka nganggep aku apa. Bisanya sih mereka
ngejadiin aku bulan-bulanan. Mereka sering nge jodohin aku sama cowok. Yang :
1. Kece
tapi memble
2. Metal
tapi meny-menye
3. Pinter
tapi formal akut
4. Dan
masih banyak lagi kategori langka yang mereka punya
Tetapi ada sosok langka yang membuatku merasakan
uforia nya berada di dunia uniqueness
seperti saat ini, dia bukan lelaki yang setiap permasalahan nya akan dia tulis
pada si 140 karakter, bukan juga pada
si biru yang menjadi teman curhat muda-mudi masa kini bahkan kaum lansia pun
sudah tidak asing lagi dengan jejaring sosial yang menggunakan warna biru sebagai
ciri khas nya -> Facebook!
Dia
adalah sosok istimewa yang short message
nya selalu ku tunggu”, dia adalah sosok
Guru di hatiku saat ini. Dia yang mengajariku untuk selalu mencintai Budaya Jawa, dia juga yang mengajariku arti rindu berkepanjangan.
Seperti
musim kemarau setelah penghujan. Rinduku selalu memiliki tingkat suhu panas yang sulit untuk di prediksi.
Dan
akhirnya aku mencoba memulai, yeah aku yang memulai semua ini.
Dan
memang hanya denganmu aku memulai caraku mempertahankan rasaku.
#Bersambung...
Komentar
Posting Komentar